Kai.or.id – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto, mengaku belum mengetahui alasan pemerintah Amerika Serikat (AS), menolak Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo masuk ke wilayah mereka.
Atas insiden yang terjadi Sabtu lalu (21/10), Wiranto mengaku sudah berkordinasi dengan Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno LP. Marsudi, dan pihak Kementerian Luar Negeri juga sudah mengirimkan surat ke permintah AS, terkait insiden tersebut.
Baca juga: Persatuan Jaksa Tak Perlu Satu Atap dengan Densus Tipikor
Menteri Luar Negeri Retno LP Masudi menjelaskan, KBRI di Washington D.C telah mengirim nota diplomatik kepada Kementerian Luar Negeri AS untuk meminta klarifikasi.
“Permintaan tersebut diperkuat dengan nota diplomatik Kemlu RI ke Kedubes AS,” kata Retno dalam pesan singkat, Minggu.
Menlu Retno juga sudah melakukan pembicaraan melalui telepon dengan duta besar AS untuk Indonesia. Kebetulan, Dubes AS tidak berada di Jakarta.
“Dubes AS juga sedang menunggu info dari capital,” kata Retno.
Sampai saat ini, belum ada jawaban pemerintah AS. “Kita sedang minta klarifikasi dari pihak Amerika Serikat. Saya sudah koordinasi dengan menteri luar negeri, menteri luar negeri sudah memberikan surat permintaan klarifikasi, apa sebabnya, dan masih kita tunggu (balasannya),” ujar Wiranto kepada wartawan di hotel Kartika Candar, Jakarta Pusat, Senin (23/10/2017).
Rencananya, Retno juga akan memanggil Wakil Dubes AS pada hari ini.
Baca juga: Macam Macam Gelar Hukum Diberbagai Negara
Sedianya, Panglima TNI, beserta istri, Nany Gatot Nurmantyo, dan rombongan, berangkat ke AS pada Sabtu lalu, menumpangi pesawat Emirates Airlines, dari bandara Soekarno – Hatta, Tangerang, Banten.
Namun sebelum memasuki pesawat, seorang petugas Emirates memberitahukan bahwa Panglima TNI dan istri, dilarang masuk ke AS. Alhasil, rombongan batal berangkat.
Panglima TNI dan rombongan, berangkat ke AS, untuk menghadiri acara Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization (VEOs) yang akan dilaksanakan tanggal 23 – 24 Oktober 2017 di Washington DC.
Ia datang untuk mewakili Indonesia, atas undangan Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, Jenderal Joseph. F. Durfort Jr.