Hukumonline.com — Di era di mana generasi muda cenderung memilih firma besar, Magdalene Victoria Lorenzo, atau yang akrab disapa Victoria, mempertaruhkan pengalaman profesional pertamanya di sebuah law firm baru. Dua tahun kemudian, hal ini menjadi keputusan terbaik yang pernah dibuatnya. Keputusan tersebut ia ambil karena terpengaruh oleh growth mindset saat bekerja part-time sebagai asisten peneliti Reprieve UK (bekerja sama dengan LBH Masyarakat), sebuah lembaga hak asasi manusia nonprofit berbasis di London. Sehari-hari mengamati perkara pidana pro bono di akhir tahun kuliah membuat Victoria belajar untuk menempatkan nilai tertentu dan paham: nilai terbaik akan berkembang seiring berjalannya waktu.
Ketika kali pertama berhadapan dengan para partners ANSS Counsellors at Law (ANSSLaw), Victoria menekankan keinginannya untuk fokus lebih dulu pada pengalaman—satu hal yang ia percaya dapat diperoleh di tempat kerja baru sekaligus bentuk komitmennya dalam perkembangan profesi advokat/lawyer. Menempuh tahun kedua, ia sudah terlibat dalam beragam area praktik di bidang korporasi dan litigasi komersial, terutama seiring dengan munculnya perusahaan startup berbasis teknologi dan finansial, serta perubahan pada layanan sistem perizinan usaha di Indonesia (Online Single Submission atau OSS).
Sebagai associate di boutique firm, Victoria mengerti bahwa perusahaan-perusahaan startup setidaknya memiliki visi untuk bersaing dengan perusahaan besar di pasar Indonesia. Sebagai contoh, Victoria terlibat dalam memberikan jasa hukum kepada perusahaan marketplace (online platform) terkemuka di bidang kecantikan dan kesehatan, mulai dari pengaturan syarat dan ketentuan layanan perusahaan; sampai dengan penyusunan perjanjian dengan vendor terkait dan aktivitas distribusi. Selain itu, Victoria telah terlibat dalam transaksi restrukturisasi perusahaan startup dengan nilai transaksi melebihi USD 10 juta.
Di bidang penanaman modal, khususnya bagian permodalan dan perizinan, Victoria bertindak sebagai team leader untuk memberikan jasa hukum kepada dua perusahaan e-commerce asing: pengecer produk olahraga terkemuka asal Prancis dan pengecer barang campuran baru asal Hong Kong (yang juga berupa marketplace pertama dengan jaringan logistik dan distribusi sendiri). Adapun pengalaman terbesar Victoria adalah ketika mendampingi para partners ANSSLaw mewakili sebuah perusahaan properti terkemuka di Indonesia yang membangun usaha patungan (joint venture) dengan nilai transaksi lebih dari Rp3,8 triliun.
Berdasarkan pengalaman, kepercayaan para partners ANSSLaw, serta keterlibatannya yang cukup besar dalam setiap transaksi, Victoria dapat memahami isu-isu hukum perusahaan lebih dalam, baik secara teori dan praktik. Sebagai contoh, dalam penerapan peraturan OSS, Victoria menemukan bahwa secara praktik, masih terdapat ketidaksesuaian dengan perizinan di masing-masing Kementerian maupun Pemerintah Daerah. Guna menambah pengetahuan dan wawasannya dalam praktik pemberian jasa hukum, Victoria juga turut mendampingi para partners ANSSLaw dalam praktik penyelesaian sengketa, termasuk proses likuidasi dan kepailitan.
Victoria menyadari ketika berdiskusi, dan secara tidak langsung membandingkan pengalamannya dengan para rekan sejawat dari perguruan tingginya, ANSSLaw telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk terlibat langsung dengan klien sehingga membangun suatu jalur komunikasi yang terbuka dan transparan (antarpribadi). Selain mendapatkan pengalaman dan paparan secara langsung, Victoria dapat belajar untuk membina komunikasi serta hubungan kerja baik dengan klien. Hal tersebut patut diceritakan karena menurutnya bekerja dengan ANSSLaw memberikan warna dan variasi yang cukup berbeda, yang mungkin belum tentu ia peroleh jika bekerja pada top tier firm, sebab associate dikelompokan dalam group practice tertentu.
Maka, tidak heran, meskipun berusia lebih muda di antara firma ternama, ANSSLaw telah berhasil meraih penghargaan dari Asian Legal Business sebagai finalis Rising Law Firm of the Year dan Transactional Boutique of the Year – Indonesia Law Awards 2018, serta terdaftar dalam Firms to Watch 2018. Selain itu, Hukumonline juga memberi ANSSLaw peringkat dalam Recognized Mid-Sized Indonesian Corporate Law Firms 2019. Hal ini menjadi permulaan awal yang baik bagi Victoria mengingat perkataan serempak para partners di hari pertama kerja bahwa aset terbesar kantor ialah manusia.
Transisi Victoria dari pengamat perkara pidana pro bono menjadi pengacara korporasi dan litigasi komersial merupakan pengalaman yang tidak mudah karena terdapat perbedaan di sifat pekerjaan. Namun, hal ini bisa ditangani dengan baik dengan bimbingan para partners dari ANSSLaw. Victoria berharap, pengacara generasi muda, apa pun gairah dan tujuan karier mereka, tidak tertekan mengikuti visi orang lain; berjalan berdasarkan kecocokan masing-masing pada suatu bidang hukum tertentu dan tempat kerja yang mendorong pertumbuhan diri serta perkembangan hukum itu sendiri.
Baca Juga : Jaksa KPK Tolak Justice Collaborator Bupati Cirebon Sunjaya