KUALA LUMPUR, sindonews.com – Pemerintah otoritas Malaysia masih terus menyelidiki kasus mutilasi yang korbannya diduga adalah warga negara Indonesia (WNI).
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia juga masih menunggu hasil investigasi kasus mutilasi dua orang tersebut.
Tim investigator dari Malaysia dan Indonesia bekerja sama untuk mengungkap kasus itu. Sidik jari korban sedang diperiksa oleh tim satgas KBRI sejak pekan lalu. Penyelidikan juga akan memeriksa DNA para korban untuk dicocokkan dengan pihak keluarga.
Kepolisian Malaysia juga masih menyelidiki dua jenazah yang ditemukan di Distrik Sungai Buloh, Selangor, Malaysia. Identitas korban belum bisa dipastikan karena proses penyelidikan yang masih berlangsung.
Kementerian Luar Negeri RI sebelumnya menjelaskan, DNA dari keluarga sudah diambil untuk dicocokkan dengan DNA korban tewas. Meski demikian, belum ada kesimpulan dari pemeriksaan DNA itu. KBRI terus aktif mencari informasi kepada polisi setempat. Polisi Malaysia juga telah meminta bantuan ke KBRI untuk mengecek sidik jari korban yang diduga WNI dengan database KBRI.
Dua korban mutilasi itu ditemukan di Distrik Sungai Buloh, Selangor, pada 24 Januari lalu. Korban tersebut adalah satu wanita dan satu pria ditemukan tanpa kaki serta kepala. Kepolisian Malaysia menduga korban dibunuh di lokasi lain dan jenazahnya dibuang ke sungai.
Anggota keluarga korban telah melaporkan bahwa kedua orang yang diduga WNI itu tak bisa dihubungi sejak 22 Januari. Hingga saat ini kepolisian Malaysia telah mengamankan dua orang. Masa penahanan pada dua orang itu akan berakhir Senin (11/2) jika tak ada perpanjangan masa penahanan.
Sejumlah media melaporkan bahwa salah satu korban diduga bernama Nuryanto, warga Baleendah, Kabupaten Bandung, dan satu korban wanita bernama Ai Munawaroh. Meski demikian, belum ada konfirmasi resmi dari otoritas terkait tentang identitas dua korban tersebut.
Kasus itu pun menjadi sorotan bagi media Malaysia. Menurut beberapa laporan, Nuryanto adalah warga Kampung Ciodeng, Kelurahan Bojong Malaka, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Dia merupakan pengusaha tekstil yang menjual produknya hingga Malaysia. Kepergian Nuryanto ke Malaysia disebut untuk urusan bisnis dan bertemu relasi di Malaysia.
Nuryanto dikabarkan berangkat ke Malaysia pada 17 Januari lalu. Maskapai Air Asia juga mendata bahwa dia seharusnya pulang pada 23 Januari namun hingga 22 Januari nomor telepon selulernya tak bisa dihubungi.
Kondisi jenazah sulit dikenali sehingga proses identifikasi membutuhkan waktu lama. Meski demikian, ada sejumlah bukti memiliki ciri-ciri korban itu Nuryanto mulai dari pakaian luar dan dalam hingga sabuk dan telepon selulernya.
Rekaman CCTV saat korban keluar hotel juga memiliki kemiripan. Saat ini pihak keluarga telah terbang ke Malaysia untuk menjalani tes DNA. Hasil tes DNA itu diharapkan sudah bisa diketahui sekitar dua pekan hingga satu bulan mendatang.
Nuryanto, 37, selama berada di Malaysia terus menjalin komunikasi melalui telepon dengan keluarganya. Namun, kabarnya tak diketahui lagi sejak 22 Januari hingga kasus mutilasi itu muncul di media Malaysia.
Menurut laporan New Straits Times pada 26 Januari lalu, dua jasad tanpa kepala, lengan, dan kaki ditemukan di sungai dekat Desa Coalfields. Kepala Kepolisian Distrik Sungai Buloh Shafa’aton Abu Bakar menjelaskan jasad tanpa identifikasi itu ditemukan warga setempat pada pukul 4 sore.
“Investigasi awal menunjukkan korban adalah seorang pria dan seorang wanita. Jasadnya tanpa kepala, lengan, dan kaki. Diduga lengan dan kaki korban dipotong oleh pembunuh saat kami juga menemukan kantong plastik berisi lengan dan kaki dekat sungai,” tutur Shafa’aton.
Jasad-jasad itu kemudian dibawa ke Rumah Sakit Sungai Buloh untuk proses autopsi. Menurut Shafa’aton, kasus itu adalah pembunuhan sesuai Bab 302 Hukum Pidana. Otoritas Malaysia kemudian melakukan penyisiran di lokasi sekitar penemuan jasad itu untuk mengetahui petunjuk tentang identitas korban.
“Kepolisian menutup pinggiran sungai sekitar Desa Coalfields sehari setelah dua jasad yang membusuk itu ditemukan,” kata Shafa’aton.
“Tim investigator menyisir sungai lagi untuk kedua kali dengan harapan menemukan bukti dan petunjuk, tapi sayangnya, tidak ada temuan penting yang bisa membantu investigasi kepolisian. Kami sekarang tergantung pada hasil forensik dan DNA,” ujar dia.
Kepolisian Malaysia juga memeriksa data dari negara lain tentang laporan orang hilang atau kasus lain yang dapat terkait dengan investigasi itu. Investigasi awal kepolisian Malaysia menunjukkan korban dibunuh sekitar dua pekan sebelumnya di lokasi lain sebelum jasad itu dibuang di lokasi tersebut.
Baca Juga : Putusan Kasasi First Travel, Kuasa Hukum: Memupus Harapan Jemaah