Jakarta, BBC.Com, Penyidik KPK, Novel Baswedan, tiba di Gedung KPK Kamis siang (22.2), disambut para pimpinan dan mantan pimpinan KPK , para karywan KPK, serta para pegiat antikorupsi.
Ia tiba dari Singapura -tempat dia menjalani pengobatan selama ini- meski kondisi matanya belum pulih total.
Kepulangan itu ditempuh di tengah masih munculnya sejumlah pertanyaan atas kinerja polisi dalam menyidik kasus penyiraman air keras atasnya.
“Saya menyadari saya belum sembuh, namun saya memutuskan untuk pulang,” kata Novel dalam sebuah video yang diedarkan menjelang kepulangannya.
Ia menyebut, mata kanannya sudah stabil namun mata kirinya masih belum bisa melihat.
Mata kiri Novel rusak akibat disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 silam ketika usai shalat subuh di dekat rumahnya di Kelapa Gading namun sekitar 10 bulan kemudian, polisi masih belum berhasil menemukan pelakunya.
Padahal polisi sudah memeriksa lebih dari 68 orang saksi, termasuk Novel sendiri, dan juga mengantongi ratusan rekaman kamera pengawas atau CCTV serta menyita sejumlah barang bukti lainnya.
Berbagai kalangan meyakini serangan terhadap Novel Baswedan adalah serangan terhadap pemberantasan korupsi, dan mereka menuding polisi lamban dalam menguak kasus itu.
Namun polisi menolak berbagai tudingan itu.
“Kami tidak berhenti, tapi tetap berusaha mencari dan menuntaskannya. Itu jadi concern kami,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto melalui sambungan telepon.
Setyo menambahkan polisi sudah berusaha maksimal mengungkap kasus ini dengan melibatkan seluruh kekuatan, termasuk laboratorium forensik dan inafis atau pemeriksaan sidik jari.
Sketsa terduga pelaku juga sudah dibuat dan disebarkan polisi namun -tambah menurut Setyo- sejauh ini belum ada masukan informasi yang berarti.
“Sudah masuk 500 tapi tidak ada yang signifikan.”
Apa kata Novel dari Singapura?
Dalam sebuah video yang disebarkan Ketua Pemuda Muhammadyah, Dahnil Simanjuntak yang direkam Rabu (21/020), Novel menyampaikan kondisi matanya yang sudah mulai ada perkembangan. Pekan lalu, ia baru menjalani operasi kecil untuk menumbuhkan selaput di mata kirinya.
Selaput ini, lanjut Novel, dibutuhkan untuk menjalani operasi besar yang akan dilakukan kemudian di Singapura, “Sambil menunggu jadwal operasi yang belum tahu kapan, saya memutuskan kembali ke Indonesia.”
Menurut Novel, ia masih akan bolak balik ke Singapura untuk terus memerikaskan kondisi kedua matanya dan untuk persiapan menjalani operasi utama.
Lebih lanjut Novel menyampaikan keyakinan bahwa kebenaran dalam kasus penyerangannya akan terkuak, “Sekalipun banyak orang yang hendak menutupi jalan itu.”
Ia juga mengajak semua pihak -mulai dari aktivis, aparat penegak hukum, serta petugas pemberantasan korupsi- untuk tetap fokus dan berani melawan kejahatan.
Pesan dan perintah dari Presiden Joko Widodo
Rencana kepulangan Novel dari Singapura itu juga disambut baik oleh Presiden Joko Widodo.
“Bersyukur dan alhamdulilah Pak Novel Baswedan sudah sembuh dan kembali ke tanah air. Saya kira Pak Novel nanti bisa bekerja kembali lagi ke KPK. (Patut) kita syukuri,” kata Jokowi di Istana, Selasa (20/020.
Terkait pengungkapan pelaku penyerangan Novel, Jokowi mengatakan terus mendesak kepolisian agar segera menyelesaikannya, “Saya akan kejar terus Kapolri agar kasus ini menjadi jelas dan tuntas siapapun pelakunya.”
Polisi -selain masih bekerja untuk kasus itu- juga menyatakan tidak bisa bertindak sembarangan.
“Prinsip kami lebih bagus melepas 10 orang yang bersalah daripada menangkap satu orang yang tidak bersalah,” tegas Inspektur Jenderal Setyo Wasisto.
Apa yang dilakukan polisi dalam proses penyelidikan, lanjut Setyo, adalah berdasarkan fakta hukum dan tidak boleh mengada-ada, “Harus ada fakta hukum yang kuat baru bisa melakukan tindakan.”.
Soal dugaan keterlibatan seorang jenderal dalam penyerangan Novel, polisi sudah memastikan hal itu tidak benar .
“Kami sudah konfirmasi ternyata tidak ada. Novel Baswedan sendiri ditanya penyidik, tapi tidak menyebutkan namanya,” ucap Setyo.
Baca Juga : Pengacara Korban: Bos First Travel Lakukan Kezaliman Luar Biasa