Tempo.co – Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala, Komisaris Besar Leo Bona Lubis, memastikan dua terduga teroris yang tewas akibat baku tembak di Poso, Sulawesi Tengah merupakan warga Suku Uighur, Cina. Namun polisi belum bisa mengidentifikasi 2 jenazah tersebut.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan satu dari tiga jasad yang ditemukan seusai baku tembak di Poso merupakan WNA asal Cina.
“Dua orang tewas ini belum bisa kami sebutkan siapa. Tapi dari data yang bisa dilihat, dua ini orang Uighur,” ujar Leo saat dihubungi wartawan dari Jakarta, Rabu, 16 Maret 2016.
Kedua jenazah itu, kini masih berada di RS Bhayangkara Palu. Keduanya tewas terkena tembakan dalam baku tembak yang terjadi kemarin. Sementara itu, di pihak Satgas Tinombala tidak ada yang tewas ataupun terluka dalam kejadian tersebut
“Ada yang tertembak di kepala dan ada yang kena badannya,” ujarnya.
Menurut Leo, kedua terduga teroris tersebut sudah menetap di Poso sejak tahun 2004. Namun ia belum bisa memastikan sejak kapan keduanya tergabung dalam jaringan Santoso.
Terkait penemuan satu janazah lagi di sungai, ia memastikan jenazah tersebut tidak ada kaitannya dengan baku tembak yang terjadi Selasa, 15 Maret 2016. “Memang ada yang ditemukan di Sungai Lariang tanggal 1. Tapi belum bisa disebutkan itu siapa, karena belum dapat antemortemnya. Diduga itu jenazah korban baku tembak pada 28 Februari lalu,” katanya .
Kendati demikian, jika melihat dari penemuan sebelum-sebelumnya, ia menduga ada kemungkinan satu jenazah itu juga berasal dari kelompok Santoso.
Tim operasi Tinombala terlibat baku tembak dengan terduga teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Pegunungan Tabalosa, Lore, Poso, Sulawesi Tengah, Selasa 15 Maret 2016 . Dari kejadian tersebut, 2 Terduga teroris ditemukan tewas.
Berdasarkan data intelejen yang dimiliki Polri, kelompok MIT pimpinan Santoso alias Abu Wardah itu kini tersisa 38 orang. Meski begitu, tidak tertutup kemungkinan anggota kelompok tersebut akan bertambah. Pasalnya, saat ini banyak simpatisan kelompok lain yang berafiliasi dengan ISIS bisa saja bergabung. Bahkan juga ditemukan simpatisan yang mengirimkan makanan.
(Kongres Advokat Indonesia)