Tempo.co – Rektorat Institut Teknologi Bandung menyiapkan tim evaluasi dan investigasi terkait meninggalnya Alfath Muhammad Farhan, 18 tahun, setelah mengikuti tes lari 6 putaran di Sarana Olahraga Ganesha (Saraga) ITB.
“Ini kejadian yang pertama,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Bermawi Priyatna kepada Tempo, Sabtu, 21 Maret 2016. Tes lari tersebut masuk dalam mata kuliah Olahraga di ITB yang diterapkan sejak 1990 oleh Rektor Wiranto Arismunandar.
Bermawi mengatakan tim evaluasi dan investigasi tersebut akan dibentuk pada Senin pekan depan dengan target kerja selama 1 hingga 2 bulan. Adapun tim investigasi bertugas untuk mendapatkan keterangan penyebab meninggalnya Arfath.
Menurut Bermawi, evaluasi misalnya akan dilakukan untuk mencari alternatif tes kebugaran fisik mahasiswa baru ITB selain lari dan renang. Pertimbangan lainnya melihat kebiasaan dan gaya hidup anak muda sekarang.
Berdasarkan catatan hasil tes mata kuliah Olahraga sebanyak 2 SKS, umumnya mahasiswa baru ITB beberapa tahun belakangan kebugaran fisiknya terus menurun. “Dilihat dari kemampuan lari enam keliling lapangan Sarana Olahraga Ganesha (Saraga) ITB,” kata Bermawi.
ITB mewajibkan mahasiswa tingkat satu di masa tahapan persiapan bersama (TPB) selama setahun, mengambil mata kuliah Olahraga dalam satu semester dengan bobot 2 SKS. Selain latihan di lapangan dan belajar teori soal olahraga di kelas, ada tes lari yang wajib dilakukan mahasiswa.
Ketentuan itu tidak berlaku bagi mahasiswa yang mengidap sakit asma, obesitas, kelainan jantung, skeleosis, darah tinggi atau rendah, serta penyandang disabilitas.
Arfath, mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB 2015, sempat melakukan tes lari pertama 6 pekan lalu dengan catatan waktu 16 menit 40 detik. Menurut Bermawi, tes lari itu bukan untuk menyiapkan mahasiswa ITB sebagai atlet, melainkan membentuk mahasiswa ITB yang sehat, sportif, berkarakter, dan disiplin.
“Tujuan bagus itu ke depan jangan sampai menimbulkan korban jiwa. Evaluasi dilakukan agar kejadian itu tidak sampai terulang. Pesan orang tua Arfath ke ITB juga seperti itu,” katanya.
(Kongres Advokat Indonesia)