DETIK – Sebagian orang memiliki kebiasaan ‘sebats’ alias sebatang rokok dulu setelah makan. Salah satu tujuannya, untuk menghindari rasa ingin konsumsi camilan manis, atau bahkan untuk menekan nafsu makan.
Dokter gizi Dr dr Nurpudji Taslim, SpGK (K), MPH meluruskan, rokok sebenarnya sama sekali tak berfungsi menekan rasa lapar. Bahkan ia sebutkan, hingga kini belum ada riset yang membuktikan bahwa rokok efektif cegah nafsu makan berlebih.
Namun sesuai pengamatannya, rokok kerap membuat konsumennya keasyikan sampai-sampai lupa soal rasa laparnya.
“Bukan karena penekanan (rasa lapar) akibat rokoknya, tapi karena tidak ada kesempatan, begitu asyiknya merokok, kesempatan untuk makan pun terbengkalai. Sebenarnya dalam hal ini apakah rokok menekan nafsu makan, yang pasti kesempatan mereka untuk konsumsi makanan karena rokok jadi hilang. Ini kebiasaan yang sangat buruk,” ujarnya dalam webinar peringatan Hari Obesitas Sedunia, Rabu (3/3/2021).
Ia menambahkan, pada pengidap obesitas, rokok hanya akan memperburuk kondisi. Pengidap obesitas sudah rentan mengalami gangguan pernapasan. Jika ditambah konsumsi rokok, risiko timbul gangguan pernapasan jelas meningkat.
Meski konsumsi nikotin disebut efektif menekan nafsu makan, dokter endokrin Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD tegaskan bahwa rokok bukan solusi untuk mengurangi makan, apalagi menurunkan berat badan.
“Ada sih kalau orang suka merokok sampai lupa makan, kemudian tidak berhenti, tidak ada waktu untuk ngemil, nafsu makan jadi berkurang. Yang jelas, bukan rokok obat obesitas, itu sudah pasti. Jangan berpikir lebih baik merokok daripada gemuk. Itu salah besar,” ujarnya turut menghadiri webinar.