DETIK.COM – Telegram menuai berkah dari kontroversi kebijakan privasi baru WhatsApp. Dalam beberapa hari sejak pengumuman WhatsApp tersebut, Telegram kedatangan puluhan juta pengguna baru yang hijrah untuk bergabung dengan mereka.
Dikutip dari Indian Express, Kamis (14/1/2021) bos Telegram Pavel Durov menyampaikan saat ini aplikasi besutannya itu telah mencapai 500 juta pengguna aktif. Ia menyebut selama kurun waktu tiga hari sejak Minggu sampai Selasa 10-12 Januari, Telegram kedatangan 25 juta pengguna baru.
Durov menguraikan demografi pengguna baru Telegram, yakni 38% dari Asia, 27% dari Eropa, 21% dari Amerika Latin, dan 8% dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Raihan itu bahkan diumumkan Telegram kepada para penggunanya yang bisa dilihat dari notifikasi untuk pengguna.
“Dalam 72 jam, lebih dari 25 juta pengguna baru dari seluruh dunia bergabung dengan Telegram,” kata notifikasi layanan Telegram yang diterima para penggunanya.
Banyaknya orang yang hijrah menggunakan Telegram diyakini sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan baru WhatsApp. Kebijakan itu mengharuskan pengguna membagikan data ke Facebook dan jaringannya. Secara tersirat, Durov menyentil dan mengkritik kebijakan baru dari kompetitor terbesarnya itu.
“Masyarakat tidak lagi mau menukar privasi mereka dengan layanan gratis,” cetus Durov di channel Telegram pribadinya seperti dikutip oleh AFP.
Peningkatan jumlah pengguna aktif mencapai 500 juta, membuat aktivitas bisnis Telegram bakal semakin menggeliat. Sebelumnya, pada Desember tahun lalu Durov telah menjabarkan strategi bisnis yang bakal diimplementasikan Telegram untuk tahun 2021.
“(Strategi) itu akan membuat kami dapat terus berinovasi dan bertumbuh di dekade-dekade yang akan datang. Kami akan bisa merilis berbagai fitur dan mendapatkan miliaran pengguna baru,” ungkap Durov.