Merdeka.com – Politisi PDI Perjuangan TB Hasanuddin mengkritik Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ikut penertiban prostitusi Kalijodo di Jakarta Barat atau Utara dan menyesalkan pasukan Katak masuk gorong-gorong pada Kamis (3/3) kemarin. Padahal prajurit TNI harus dilatih sistem pertahanan meski tak ada perang (efek deteren).
“Masak masuk gorong itu bukan efek deteren. Kemudian ada TNI masak usir lonte bukan efek deteren,” kata TB Hasanuddin saat diskusi bertema TNI antara idealisme dan realitas di era reformasi di Tebet, Jakarta, Jumat (4/3).
Selain itu, menurut dia, kesejahteraan prajurit TNI kurang diperhatikan oleh pemerintah. Apalagi, soal perumahan prajurit TNI yang purnawirawan telah digusur oleh TNI yang masih aktif.
“Lauk pauk naik Rp 45 ribu per hari menurut standar itu tak mencukupi cuma bisa beli nasi uduk saja. Jangan bawa TNI ranah politik beri dia alutsista yang bagus, berikan kesejahteran prajurit,” kata mantan purnawirawan TNI yang pernah jadi ajudan Presiden kedua Soeharto itu.
Sementara di kesempatan berbeda, Pimpinan majalah Forum Keadilan, Kisman Latumakulita mengatakan, saat TNI bukan lagi anak kandung rakyat karena terlibat dalam penggusuran dan penertiban rumah di Kalijodo. Padahal doktrin TNI selalu bersama dengan rakyat.
“Ini seolah-olah TNI menelanjangi dirinya sendiri. Kok mereka malah berurusan sama rakyat,” kata dia.
Seperti diketahui, TNI dan Polri melakukan penertiban di Kalijodo karena Pemprov DKI Jakarta akan membangun ruang terbuka hijau. Pemprov DKI Jakarta meminta bantuan TNI dan Polri karena adanya preman dan beking aparat keamanan di Kalijodo.
Baru-baru ini, Pemprov DKI Jakarta juga meminta bantuan TNI untuk melihat gorong-gorong di kawasan Jalan Merdeka. Sebab, digorong-gorong itu ada banyak kulit kabel yang mengakibatkan banjir di kawasan Istana Kepresidenan.
(Kongres Advokat Indonesia)