Mexico City, medcom.id : Meksiko berjanji untuk menyelidiki perburuan terorisme dalam sistem hukum Amerika Serikat atas penembakan di El Paso, Texas. Insiden itu merenggut nyawa tujuh warga negara Meksiko dan menyebabkan tujuh lainnya cedera.
Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, juga mengatakan pada Minggu bahwa Meksiko akan mencoba untuk mengambil tindakan hukum terhadap orang atau perusahaan yang menjual senjata yang digunakan dalam pembunuhan, Sabtu. Negara itu juga akan memburu kemungkinan mengekstradisi tersangka ke Meksiko, kata Ebrard.
“Kami menganggap ini tindakan terorisme terhadap komunitas Meksiko-Amerika dan warga negara Meksiko di Amerika Serikat,” kata Ebrard kepada wartawan.
“Meksiko sangat marah. Tapi kami tidak mengusulkan untuk membalas kebencian dengan kebencian. Kami akan bertindak dengan alasan dan sesuai dengan hukum serta dengan ketegasan,” tegasnya, disitat dari Guardian, Senin 5 Agustus 2019.
Seorang pria berusia 21 tahun dicurigai melepaskan tembakan di sebuah toko Walmart di kota perbatasan AS pada Sabtu, menewaskan sedikitnya 20 orang. Polisi di El Paso sedang memeriksa pesan penuh kebencian di situs web 8chan, yang diposting sekitar 20 menit sebelum serangan, yang berbunyi: “Serangan ini merupakan respons terhadap invasi Hispanik di Texas.”
El Paso terletak di perbatasan AS-Meksiko, di seberang kota Ciudad Juarez di Meksiko. Enam dari korban di El Paso adalah orang Meksiko dan tujuh lainnya warga Meksiko terluka, termasuk Gloria Irma Marquez. Guru sekolah dari Ciudad Juarez itu melintasi perbatasan untuk berbelanja dan terbunuh dalam baku tembak, menurut surat kabar Reforma.
Mario de Alba, 45, melakukan perjalanan dari negara bagian Chihuahua untuk berbelanja juga di El Paso. Dia ditembak punggungnya, menurut laporan media. Istrinya, Olivia Mariscal, dan putrinya yang berusia 10 tahun, Erika, juga terluka, tetapi sedang dalam pemulihan, menurut kerabatnya.
Penembakan di El Paso satu di antara dua penembakan yang mengguncang AS selama akhir pekan. Seorang pria bersenjata melepaskan tembakan di Dayton, Ohio, pada dini hari Minggu pagi, menewaskan sedikitnya sembilan orang.
Rentetan penembakan akhir pekan di Amerika Serikat telah menyebabkan kemarahan di Meksiko — negeri di mana pemerintah AS memperingatkan warganya untuk menjauh akibat kekerasan kartel narkoba.
Petaka ini juga terjadi ketika Meksiko menindak imigran asal Amerika Tengah yang mencoba transit di negara itu dalam perjalanan ke perbatasan AS. Negara itu juga dengan gigih membela hak-hak warga negaranya sendiri yang tinggal di AS.
“Kami telah menceritakan kepada diri sendiri kisah itu selama beberapa dekade: kami adalah korban dalam hubungan (AS-Meksiko) ini. Dan, dalam banyak hal, kami telah melakukannya,” kata Carlos Bravo Regidor, seorang profesor jurnalisme di Mexico City.
Baku tembak El Paso memicu komentar singkat tentang situasi AS dari pejabat kebijakan luar negeri Meksiko.
“Intensitas serangan terhadap orang-orang Meksiko dan komunitas Latino di El Paso menakutkan. Katakan TIDAK untuk ujaran kebencian. TIDAK untuk wacana xenophobia,” cuit Martha Barcena, Duta Besar Meksiko di Washington.
Pemerintahan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, yang biasa disingkat “Amlo”, telah mendorong tindakan atas aliran senjata AS ke Meksiko, yang pasti berakhir di tangan para penjahat kartel. Tetapi Amlo memilih untuk tidak memprovokasi Trump, bahkan ketika Trump telah menjelek-jelekkan Meksiko menjelang kampanye pemilihannya kembali dan mengancam Meksiko dengan sanksi tarif jika migrasi melintasi Meksiko tidak berhenti.
Baca Juga : Daftar 40 Nama Capim KPK yang Lolos Tes Psikologi, 5 Agustus 2019