JawaPos.com – Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais mendesak agar Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dipecat dari jabatannya. Desakan itu muncul seiring ramainya dugaan bahwa orang nomor satu di kepolisian itu menerima ‘duit pengamanan’ dari pengusaha daging impor Basuki Hariman (BH).
Lalu siapakah sebenar Basuki Hariman itu? Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan pernah menyebut bahwa Basuki merupakan pengusaha impor daging yang memiliki 20 perusahaan. “Perusahaan Basuki memang banyak apakah atas nama diri sendiri atau yang lain,” katanya di kantor KPK.
Basuki dicokok KPK lantaran diduga memberikan suap kepada Patrialis USD 20 ribu dan SGD 200 ribu atau setara Rp 2,15 miliar. Suap itu ditujukan untuk mempengaruhi putusan MK terhadap permohonan uji materi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Basuki juga sebelumnya pernah diperiksa terkait kasus suap impor daging sapi 2011 yang melibatkan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat itu, Luthfi Hasan Ishaaq.
Diketahui, sepak terjang Basuki di bisnis daging impor sudah sangat panjang dan menggurita bisa dikatakan dalam urusan daging impor, ia adalah salah satu God Father-nya. Ia bahkan pernah menjadi Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (2003-2008).
Saat itu, Basuki haru berkongsi dengan adiknya, Yongki Hariman, mengendalikan PT Impexindo Pratama, CV Sumber Laut Perkasa, PT Aman Abadi Nusa Makmur, dan PT Cahaya Sakti Utama. Empat perusahaan itu punya alamat sama, yakni ada di Kompleks Perkantoran Danau Sunter, Jakarta Utara.
Sebagai pemain besar Basuki mempunyai gudang penyimpanan daging yang bertebaran di Jakarta Raya. Ada yang di Kompleks Pergudangan Kosambi Permai, Jakarta Barat. Satu lagi di tepi Jalan Raya Jonggol, Cileungsi.
Kasus daging impor pun kembali ramai, ketika ada pemberitaan yang menyebutkan bahwa Tito Karnavian ikut menikmati duit bos daging itu. Tepatnya saat masih menjabat Kapolda Metro Jaya dan diduga terus berlanjut hingga kemudian berhenti karena Basuki mendekam di Penjara.
Menanggapi itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono ternyata memiliki pendapat dan sikap berbeda dengan Amien Rais yang getol membela Prabowo Subianto.
Arief bahkan menduga Tito hanyalah menjadi sasaran tembak oleh pihak-pihak yang tidak suka terhadap dirinya. “Jadi sepertinya ada operasi terstruktur untuk mencopot Tito Karnavian dari posisi Kapolri,” ujar Arief kepada JawaPos.com, Kamis (11/10).
Menurut Arief, adaya bukti-bukti yang berupa catatan aliran dana seperti buku merah, tidak bisa serta merta bisa dijadikan sebuah pembenaran akan adanya aliran uang ke Tito Karnavian. Pasalnya harus ada bukti juga kapan dana itu diterima diterima dan diberikan oleh siapa.
“Kasian juga Tito Karnavian kalau dibully dan dihabisi di media dengan cara-cara yang tidak bermartabat dan tidak sesuai fakta hukum yang sebenarnya,” katanya.
Arief melanjutkan, dugaan perusakan buku sudah menurut KPK dan Kadivhumas Polri sudah diperiksa, sehingga dinyatakan dua penyidik tidak terbukti dan dihentikan penyelidikannya. Itu harus dihormati.
“Karena itu jangan sampai dokumen yang belum tentu kebenarannya itu menghancurkan karier seseorang,” pungkasnya.
Adapun sejumlah media nasional yang berkolaborasi dalam IndonesiaLeaks merilis hasil investigasi mengenai kasus korupsi yang diduga melibatkan para petinggi penegak hukum di negeri ini.
Salah satu yang disorot adalah munculnya nama Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Dalam dokumen investigasi yang dirilis IndonesiaLeaks, Tito diduga paling banyak mendapat duit dari Basuki Hariman, baik secara langsung maupun melalui orang lain.
Daftar penerimaan itu tercatat dalam buku bank bersampul merah atas nama Serang Noor IR yang memuat indikasi aliran dana yang diduga untuk para pejabat negara, Bea Cukai, pejabat Polri, termasuk Tito Karnavian, baik ketika Tito masih menjabat sebagai kapolda Metro Jaya, Kepala BNPT pada Maret-Juli 2016 maupun ketika sudah dilantik sebagai kapolri.
Kemudian, muncul skenario penghilangan atau perusakan barang bukti oleh dua perwira menengah Polri yang menjadi penyidik di KPK (Ronald dan Harun). Buku catatan pengeluaran perusahaan pada 2015-2016 dengan jumlah Rp 4,33 miliar dan USD 206,100 ribu itu sudah tidak utuh lagi. Sekitar 19 lembar catatan terkait aliran uang suap sengaja dirusak dan dihilangkan.
Muncul dugaan bahwa motif utama perusakan dan penghilangan buku catatan keuangan CV Sumber Laut Perkasa, untuk mengaburkan atau menghapus nama besar petinggi penegak hukum yang mendapatkan transaksi ilegal dari perusahaan milik Basuki Hariman‎.
Baca Juga : Kompolnas: Tudingan Terhadap Kapolri Harus Dibuktikan