JawaPos.com – Sejak tiga tahun terakhir, tingkat produksi tembakau di Sumatera Barat (Sumbar) tidak menunjukkan kenaikan signifikan. Bahkan, cenderung stagnan dari tahun-tahun sebelumnya.
Data dari Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Sumbar mengungkapkan, produksi tembakau di Sumbar tahun 2015, hanya 1.337 ton. Jumlah tersebut naik menjadi 1.348 ton di tahun 2016, dan menjadi 1.361 ton tahun 2017.
“Kenaikannya hanya belasan ton per tahun,” kata Ketua Gapperindo Sumbar, Irman saat dihubungi JawaPos.com, Minggu (29/4).
Menurut Irman, jalan di tempatnya pertumbuhan tembakau adalah faktor minimnya sentra perkebunan tembakau di wilayah Sumbar. Produksi tembakau Hatta terpusat dari beberapa daerah saja. Seperti, Kabupaten Limapuluh Kota, Agam, dan Tanah Datar.
Disamping itu, minimnya pasar tembakau juga membuat lemahnya semangat petani untuk bertanam tembakau. Apalagi, harus diakui, memang pergerakan harga tembakau cenderung dikendalikan pabrik rokok dan lembaga perantara pasar yang menyerap tembakau dari Sumbar.
Misalnya saja, produk tembakau petani dari Kabupaten Limapuluh Kota diserap pembeli tunggal. Akibatnya, pergerakan harga mengikuti permintaan yang terbatas. “Untung transaksi jual beli tembakau kebun rakyat dinikmati pedagang perantara dan pabrik rokok,” katanya.
Atas kondisi itu, Irman mengingatkan pemerintah untuk turun tangan mencegah permainan pasar yang cukup dirasakan sangat tidak adil oleh petani tembakau. Menurutnya, perlu ada pembatasan harga beli dari petani supaya ada kepastian harga yang diserap pembeli.
“Perlu langkah tegas pemerintah agar petani terlindungi,” ujar Irman.
Dari catatan Gapperindo, harga jual tembakau di tingkat petani juga tidak stabil. Tahun 2015 lalu, 1 kg tembakau dijual seharga Rp 36 ribu. Tahun 2016 harganya turun ke Rp 24 ribu/kg. Lalu, naik menjadi Rp 40 ribu/kg di tahun. 2017. Sedangkan April 2018 ini, harga tembakau kembali merosot menjadi Rp 25 ribu/kg.
Di sisi lain, Sumbar memang bukan penghasil tembakau utama di Indonesia. Sebab, ada 4 provinsi di Indonesia yang merajai produksi tembakau. Masing-masing, Jawa Timur dengan kontribusi mencapai 48,40 persen. Disusul Nusa Tenggara Barat sebesar 27,83 persen. Lalu, Jawa Tengah 15,07 persen, dan Jawa Barat 3,93 persen.
Baca Juga : Presiden Jokowi Tolak Permintaan Tokoh Alumni 212 Untuk Intervensi Kasus Rizieq